Gunung Semeru

Sabtu, 01 Januari 2011

Pemugaran Pura Majapahit (Pasraman Sang Hyang Aji Pasupati)

PEMUGARAN PURA MAJAPAHIT & CANDI JAWAR
( PASRAMAN SANG HYANG AJI PASUPATI )
DI GIRI SEMERU SELATAN

Nama Bangunan : Pura Majapahit & Candi Jawar (Pasraman Sang Hyang Aji Pasupati)
Provinsi : Jawa Timur
Alamat : Padukuhan Kali Putih, Desa Mulyoasri, Kec. Ampel Gading, Kab.
Malang – Jawa Timur
Sekretariat Bali : Griya Giri Merta, Desa Manggis, Kec. Manggis, Kab. Karangasem
(0363 – 41299)
Nomor Rekening Bank: Bank BRI Cab Amlapura
Rek. 0241-01-016727-50-9

LATAR BELAKANG
Sejak dahulu kala bangsa Indonesia telah mengenal adanya kepercayaan animisme dan dinamisme. Kedua kepercayaan ini amat menyatu dengan kehidupan dan keseharian mereka. Hal ini dapat terlihat dengan adanya penyembahan terhadap roh-roh yang menjiwai benda-benda atau tempat-tempat yang diyakini memiliki kekuatan gaib termasuk yang paling menonjol adalah pemujaan terhadap roh leluhur. Roh-roh leluhur diyakini berstana ditempat yang tinggi seperti gunung. Demikian juga halnya Raja-Raja Tanah Jawa memuja leluhur dan Sang Pencipta di Candi Jawar yang merupakan stana Dukuh Ampel Gading atau Sang Hyang Aji Pasupati, cikal bakal Leluhur Raja-Raja Tanah Jawa dan Kutai.
Dalam lontar Raja Purana Sesana Candi Supralingga Bhuwana dan lontar Kutarakanda Dewa Purana Bangsul disebutkan bahwa pada saat Balidwipa dan Silaparangdwipa masih dalam keadaan labil, Hyang Pasupati memerintahkan Sang Badawangnala, Sang Ananthaboga, Sang Naga Basukih dan Sang Naga Taksaka untuk memindahkan bagian dari gunung Semeru dari Jawadwipa ke Balidwipa.
Setelah tanah Bali stabil, barulah Sang Hyang Aji Pasupati menurunkan tiga putranya yaitu Hyang Gni Jaya berstana di Gunung Lempuyang, Hyang Putranjaya berstana di Gunung Agung dan Hyang Dewi Danuh berstana di Gunung Batur. Kemudian Sang Hyang Aji Pasupati mengutus empat putranya lagi untuk berstana di tanah Bali, yakni Hyang Tumuwuh berstana di Gunung Watukaru, Hyang Manik Gumawang berstana di Gunung Puncak Mangu, Hyang Manik Galang berstana di Desa Pejeng dan Hyang Tugu berstana di Gunung Andakasa.

SEJARAH PENEMUAN KEMBALI CANDI JEJAWAR SEBAGAI PESRAMAN SANG HYANG AJI PASUPATI.
Berawal dari pengalaman seorang Pandita yang bernama Ida Pandita Mpu Nabe Dwi Prama Dharma yang berasal dari Geria Giri Merta Banjar Kutabayem/Kurubaya/Surabaya, tepatnya di dusun Tengah desa Manggis, Kecamatan Manggis, Kabupaten Amplapura Bali, mengalami sakit ajaib, seperti dipukul-pukul secara gaib yang dirasakan di sekujur tubuh beliau.
Karena sakit yang tak tertahankan, maka Ida Pandita melakukan semedi. Dalam semedi beliau, beliau didatangi oleh Sang Hyang Aji Pasupati yang memerintahkan Ida Pandita untuk memuja dengan menggunakan Siwa Krana. Saat itu Sang Hyang Aji Pasupati juga menunjukkan gambar-gambar berupa supit urang, gambar gunung, gambar daerah pertanian, gambar pendopo dan gambar tempat--tempat pemujaan.
Sebelum mencapai tempat yang dimaksud, Ida Pandita dititahkan terlebih dahulu untuk melaksanakan Tirtayatra di pura-pura Kahyangan Jagat di Pulau Bali, Lombok, Nusa Penida dan Jawa bagian Timur. Setiap selesai melaksanakan Tirtayatra, Ida Pandita Mpu bersemedi kembali untuk melaporkan tentang tugas beliau yang telah dilaksanakan. Dalam semedi berikutnya, Ida Pandita Mpu diberi petunjuk berupa gambar-gambar Pelinggih yang ada di lereng selatan Gunung Semeru (yang kemudian diketahui sebagai situs Purbakala yang disebut Candi Jejawar).

SUMBER PENDUKUNG WAHYU
a.Sastra
Disamping bukti fisik berupa penemuan-penemuan yang telah dilindungi oleh Jawatan Purbakala setempat, Ida Pandita juga menemukan sumber sastra yang menjelaskan tentang keberadaan Pesraman Sang Hyang Aji Pasupati. Adapun sumber sastra yang dijadikan acuan berupa lontar-lontar sebagai berikut :

Purana Dewa Tatwa
Berisi Tattwa tentang Bhatara Pasupati berasal dari Jambu Dwipa Gangga Sindu Saraswati Hindu di India, diutus oleh Bhatara Abra Sinuhun datang ke tanah Panjang Jawa sampai sekarang untuk beryoga di Gunung Semeru di Jawa Timur, begitulah titah Bhatara Abra Sinuhun kepada Bhatara Pasupati.

Widhi Sastra
Isinya: Inilah lontar Widhi Sastra yang dianugrahkan oleh Bhatara Siwa Jagatnatha Karana kepada Bhatara Sira Mpu Kuturan yang diutus ke Bali agar mendirikan meru kahyangan di Besakih yang dipuja oleh raja-raja di Bali. Bangunan Meru itu mencontoh meru-meru yang ada di Giri Semeru, ada yang tinggi, ada yang rendah.

Lontar Mpu Kuturan
Secara singkat isinya sebagai berikut: menceritakan tentang para Dewa di Bali, dan juga tentang Bhatara Sri yang mana upacaranya dan sesajen-sesajennya yang ditiru dari Majapahit, yang mana pada Jaman Majapahit, sajen-sajen itu dihaturkan di Semeru dan ditujukan kepada Bhatara Sri yang berstana ditempat Bhatara Pasupati. Bhatara Sri adalah Bhatara yang melahirkan tumbuh-tumbuhan. Oleh karena itu Beliau patut disembah dan dihormati oleh umat manusia.

Lontar Usana Bali
Lontar ini menjelaskan bahwa pada jaman dulu Bhatara Mahadewa datang dari Ampelgading ke Pura Besakih. Setelah lama tinggal di Besakih, ada seorang raja yang bernama Dalem Maya Dewana yang melarang umat Hindu di Bali mengadakan yadnya. Bhatara Mahadewa yang tinggal di Besakih sangat murka terhadap raja itu. Kemudian Beliau menghadap ke Gunung Semeru kehadapan Bhatara Hyang Pasupati. Kemudian Beliau memohon kepada Dewa Indra untuk berperang melawan raja Maya Denawa ke Bali dengan membawa tentara rakyat sebanyak 7 pitung keti ( 70.000) dan beperang melawan raja Maya Denawa.

Lontar Kepemangkuan “Sang Kul Putih”
Lontar ini menerangkan puja weda untuk memuja Bhatara Hyang Aji Pasupati di Semeru.

Lontar Tutur Dukuh Ampelgading
Sang Aji Saraswati turun pada jaman Dwapara Yoga ( pada jaman inilah manusia mulai tidak diperbolehkan bergaul dengan para Bhatara secara langsung/nyata layaknya manusia dengan sesama manusia). Sang Hyang Aji Saraswati turun membawakan sastra ke bumi.

b.Data Pada Dinas Purbakala Provinsi Jawa Timur
Selain sumber berupa sastra, Ida Pandita menemukan beberapa sumber di Dinas Purbakala Provinsi Jawa Timur berupa: Patung Dwarapala, sebuah candi yang dimusiumkan di Trowulan, sebuah lesung, serta denah Situs Candi Jawar.

c.Kesaksian Masyarakat
Pada setiap stana Batara Nawa Sanga dulu ditanami kayu Kaweruh yang mana pada tahun 90-an ditebang oleh masyarakat dan sampai saat ini tonggaknya masih tersisa. Pura ini memiliki pengempon dari jaman ke jaman yang jumlahnya sekitar 40 KK dimana pada tahun 1982 mereka transmigrasi ke Lampung. Tempat ini dikenal sangat angker oleh masyarakat karena mereka sering mengalami kejadian-kejadian gaib di wilayah situs ini. Selain itu, banyak tokoh-tokoh spiritual baik Jawa maupun Bali yang mendapat panggilan untuk datang ke tempat ini.

BANGUNAN YANG AKAN DIBANGUN DI PURA MAJAPAHIT/ CANDI JAWAR
Berdasarkan lontar Widhi Sastra, kalau akan membuat atau pun memperbaiki (merehab) kahyangan tempat berstananya Bhatara Siwa Raditya dan Bhatara Giri Jagatnatha, patutlah dibangun oleh Pandita. Dalam pembangunan/perehaban kahyangan tersebut, hendaknya memakai pretima emas, permata, mendudukkan Bhatara Dwijendra dan harus dipimpin oleh Pandita. Inilah hal-hal yang harus diperhatikan jika mendirikan meru tumpang sebelas yang merupakan tempat berstananya Bhatara Siwa Jagatnatha dan jika mendirikan sanggaran tempat berstananya Bhatara Surya. Beliau wajib dijunjung dan disembah oleh semua umat manusia, baik dari kalangan Brahmana, Waisya, Kesatria maupun Sudra.

 Kahyangan Tiga ( Pura Majapahit )
Menurut lontar Mpu Kuturan disebutkan bahwa pada waktu wabah penyakit merajalela dibumi, yang dibuat oleh para durgha, banyak manusia yang mati. Para Dewa menjadi khawatir terhadap punahnya para penduduk di bumi. Kemudian Bhatara Wisnu mengajarkan Bhagawan Kaisapa usada/ilmu pengobatan. Bhagawan Kaisapa turun ke bumi untuk mengobati manusia. Akhimya wabah penyakit itu bisa reda. Pada saat itu, mulailah diturunkan konsep Tri Kahyangan ke bumi. Adapun Bangunan-bangunan yang ada di Kahyangan Tiga/Pura Majapahit :
1.Puseh, meru tumpang 9 (sembilan)
2.Dalem, berupa gedong
3.Rojopati/Batara Yama, yang mengurus roh orang yang sudah mati
4.Raden Wijaya, (yang merupakan pendiri Kerajaan Majapahit) pelinggihnya
merupakan meru tumpang 5 (lima).
5.Meru tumpang 3 (tiga) Stana Bhatara Sabda Palon Naya Genggong yang bersabda
kepada Prabu Kerta Bumi bahwa Beliau akan mengambil kekuasaannya setelah 500
tahun.
6.Hyang Nini Dewati, berupa bebaturan
7.Serta beberapa bangunan pendukung

Bangunan - bangunan yang ada di Pesraman Sang Hyang Aji Pasupati (Candi Jejawar).
1.Sang Hyang Aji Saraswati, berupa gedong
2.Sang Hyang Aji Pasupati, berupa gedong
3.Bhatara Siwa, berupa meru tumpang 11 (sebelas)
4.Pertiwi
5.Tempat sanggah catur/surya
6.Pendopo
7.Bale Agung
8.Bale kulkul
9.Pelinggih tempat para Pandita, berupa meru tumpang 2 (dua)
10.Serta beberapa bangunan pendukung
Bangunan Dewata Nawa Sanga yang berjumlah 9 buah sesuai arah mata angin diserta dengan bangunan pendukung.

Demikian selintas perjalanan sejarah ditemukannya Candi Jejawar Peninggalan Kerajaan Majapahit, yang kiranya patut diwujudkan sebagai salah satu bentuk bhakti kepada leluhur. Semoga kebaikan datang dari segala penjuru.
Om Santih, Santih, Santih, Om.

Manggis, 7 Desember 2010 ( 1 Suro 1432 )
Mengetahui Panitia Pemugaran Pura Majapahit & Candi Jawar
Ketua Panitia Bali Ketua Panitia Jawa



Jro Mangku Gede Wayan Suarsana Sidik Pramono



Sekretaris Bendahara



I Nengah Sudiana Hariyono



Informasi:
• Odalan di Pasraman Sang Hyang Aji Pasupati dilaksanakan setiap Sasih Sada.
• Odalan di Pura Mojopahit setiap Sasih Kesanga bersamaan dengan Tawur
Kesanga dan Agni Hotra
• Odalan Dewa Brahma Saraswati, Dewa SIwa & Budha dilaksanakan setiap Hari
Raya Saraswati.
• Untuk yang berminat/ingin sembahyang silahkan datang langsung kesana pada
Hari Raya tersebut di atas. Informasi lebih lanjut silahkan hubungi:
Jero Mangku Gede I Wayan Suarsana (Hp. No. 08123918368)
Jero Mangku Gede I Gede Suardana (Hp. No. 0812363009481)